Ternyata Baru 4 Maskapai yang Kantongi Sertifikat Laik Sanitasi di Bandara Soetta

Tangerang Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I memperketat pemeriksaan setiap dan yang masuk dalam . Pihak KKP juga memperketat pemeriksaan seluruh bagian yang dianggap berpotensi untuk menularkan penyakit.

dr. Anas Ma’ruf, Kepala KKP Bandara Soetta - kkpsoetta.com

dr. Anas Ma’ruf, Kepala KKP Bandara Soetta – kkpsoetta.com

Menurut Kepala KKP Bandara Soetta, dr. Anas Ma’ruf, pesawat udara yang hendak disertifikasi harus melalui pemeriksaan yang meliputi 3 unsur. Tahun 2018 ini KKP Bandara Soetta telah memberikan sertifikat kelaikan kesehatan untuk 42 pesawat.

“Memeriksa itu paling nggak ada tiga unsur yang kita periksa. Di antaranya, faktor binatang penular penyakit. Jadi kita cari di sela-sela kursi, lorong, mesin, kabin diatas ditempat duduk apakah ada faktor dari binatang berpenyakit seperti misalnya nyamuk, kecoa, serangga atau lainnya,” jelas dr. Anas, seperti dilansir Tangerang Online

Yang kedua, KKP juga mengecek persediaan air bersih dan air minum dalam pesawat yang dipakai untuk membuat minuman. “Kemudian juga makanan dan minuman yang masuk pesawat itu juga kita cek. Misalnya di pesawat kan (disuplai) oleh perusahaan catering inflight. Sebelum masuk ke dalam pesawat pun terlebih dahulu kita periksa. Perusahaan catering inflight pun telah kita sertifikasi,” ungkap Anas.

Dari 30 maskapai yang beroperasi di Bandara Soetta, kabarnya baru 4 maskapai yang dinyatakan mengantongi sertifikat sanitasi atau kelaikan kebersihan. Indikator sertifikat sanitasi antara lain bersih atas air yang berada dalam pesawat, kondisi lingkungan dalam pesawat, serta peralatan yang dipakai oleh maskapai. “Kondisi itu harus kita ciptakan agar para penumpang juga dapat nyaman dan terhindar dari penyakit atau virus,” tutur Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono.

Berdasarkan data KKP Bandara Soetta, dari 500 pesawat yang beroperasi di Bandara Soetta, rupanya baru sekitar 90 pesawat yang laik sanitasi, antara lain maskapai NAM Air, Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan Citilink.

Anas menambahkan, banyaknya maskapai yang belum mempunyai sertifikat sanitasi karena terbatasnya SDM pemeriksa sanitasi pesawat. “Dalam satu tim hanya ada 5 orang dan ini juga membuat kita terkendala, karena memeriksa pesawat untuk mendapatkan sertifikat sanitasi ini perlu teliti. Ditambah, kita melakukan pemeriksaan hanya pada saat RON (Remain Over Night),” ucap Anas.

Oleh sebab itu, Anas menargetkan setiap pesawat untuk meningkatkan kelaikan sanitasi. Pasalnya kini penerbangan internasional menerapkan aturan bahwa setiap pesawat harus mempunyai sertifikat sanitasi ketika mendarat di negara tujuan.