JAKARTA – Hingga sekarang, tarif bus Transjakarta relasi Terminal Kalideres menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta atau sebaliknya masih belum ditentukan meski uji coba gratis sudah berlangsung lebih dari dua bulan. Namun, Dinas Perhubungan DKI Jakarta memastikan bahwa penentuan tarif akan disahkan pada bulan Oktober mendatang.
“(Tarif) masih dalam penyiapan. Kami harapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah bisa disampaikan ke dewan. Paling lambat bulan depan,” terang Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, dikutip dari Medcom. “Paralel dengan itu, kami mendorong rekan-rekan PT Transjakarta memenuhi proses administrasi perizinan karena kami ke luar Jakarta itu melalui BPTJ. Ini sudah dalam proses.”
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, mengaku setuju dengan tarif bus Transjakarta rute Kalideres-Bandara Soekarno-Hatta ditetapkan sebesar Rp5 ribu. Hal itu sesuai dengan rekomendasi Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ). “Ya, Pak Kadis (Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo) sudah lapor. Iya setuju,” kata Heru beberapa waktu yang lalu.
Sementara itu, Komisi B DPRD DKI Jakarta, mengaku belum mendapat surat resmi soal pembahasan tarif layanan bus Transjakarta rute Kalideres-Bandara Soekarno-Hatta. Tarif sebesar Rp5 ribu itu diklaim sudah mendapatkan suntikan subsidi dari Pemerintah DKI Jakarta. Apabila tidak ada subsidi atau public service obligation (PSO), tarif yang dikenakan bisa mencapai Rp12 ribu sekali perjalanan.
Seperti diketahui, bus Transjakarta rute Kalideres-Bandara Internasional Soekarno-Hatta pertama kali diuji coba pada tanggal 5 Juni 2023 lalu dan telah melayani 14.222 penumpang. Transjakarta menyediakan 5 unit bus tipe low entry yang memudahkan penumpang membawa barang saat beraktivitas. Meski tanpa dikenakan tarif atau gratis, selama masa uji coba, pelanggan tetap diwajibkan untuk melakukan tap in maupun tap out menggunakan Kartu Uang Elektronik (KUE).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun rutin melakukan evaluasi terhadap rute ini setiap dua pekan sekali. Salah satu hal yang sempat mendapatkan evaluasi adalah pengadaan fasilitas bagasi. Namun, Dinas Perhubungan DKI Jakarta menilai bahwa fasilitas bagasi saat ini masih belum diperlukan. Pasalnya, berdasarkan hasil evaluasi, penumpang rute tersebut masih didominasi karyawan yang bekerja di bandara, bukan penumpang yang ingin naik pesawat terbang.