JAKARTA – Sebagai upaya meningkatkan pelayanan keimigrasian penumpang warga negara Indonesia maupun asing, Bandara Internasional Soekarno-Hatta saat ini telah dipasangi 24 autogate baru yang menggunakan teknologi face recognition untuk menggantikan metode sidik jari. Dengan alat tersebut, diharapkan tingkat keamanan menjadi lebih baik dan layanan untuk penumpang semakin mudah.
“Autogate yang baru ini sama dengan yang terpasang di Bandara Doha, Qatar, yang pada Piala Dunia 2022 lalu bisa melayani puluhan ribu orang per hari dan sekarang ada di Bandara Soekarno-Hatta,” tutur Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Silmy Karim, dilansir dari Antara. “Saya mengajak Dirjen Perhubungan Udara untuk hadir, karena di sini kami berkolaborasi, selain dengan PT Angkasa Pura, BUMN, serta Dirjen Bea Cukai.”
Ia melanjutkan, saat mencoba autogate tersebut, hanya membutuhkan waktu 20 detik untuk bisa melintas dengan alat face recognition. Harapannya, alat ini dapat membuat sistem keamanan bandara menjadi lebih baik dibandingkan dengan metode sidik jari. “Ke depan, kami bakal menggenapi 50 autogate berteknologi face recognition sebelum Desember 2023, dengan dua bakal diperuntukkan penumpang disabilitas,” sambung Silmy.
“Autogate yang dipasang di fasilitas Bandara Soekarno-Hatta ini bisa memberikan satu user experiences daripada pengguna layanan bandara, mulai dari mendarat sampai dengan penerimaan barang penumpang menjadi lebih cepat dan lebih baik lagi,” imbuh dia. “Kami dari Dirjen Imigrasi dalam konteks imigrasi, tetapi kebersamaan kami dalam berdiskusi, koordinasi, dan itu mudah-mudahan menghasilkan pelayanan yang lebih baik lagi kepada para pengguna bandara atau pelintas, baik warga negara Indonesia maupun asing.”
Penumpang yang melalui autogate tersebut cukup memindai halaman biodata paspor pada mesin pemindai. Setelah itu, penumpang mengarahkan wajahnya ke kamera, dengan catatan tanpa adanya penutup wajah atau masker. Namun, untuk sementara ini, autogate tersebut hanya bisa dipakai untuk WNI. Ketika semua sistem terpasang, maka WNA nantinya juga bisa mempergunakannya.
“Kami juga menyiapkan gate manual untuk mengatasi adanya kendala dalam pengoperasian sistem autogate face recognition,” lanjut Silmy. “Gate manual tetap kami sediakan untuk yang tidak terbiasa atau yang gagal. Dulu yang gagal itu 10 persen, tetapi kami bisa menekan saat ini sekitar 2 persen. Mudah-mudahan nanti bisa kami tekan lagi, supaya semuanya bisa melewati autogate.”