Susi Air adalah maskapai penerbangan di Indonesia dengan penerbangan berjadwal dan charter yang dioperasikan PT ASI Pujiastuti Aviation. Pada tahun 2004 Susi Air didirikan oleh Susi Pudjiastuti. Pada awalnya maskapai ini didirikan bertujuan untuk mengantar muatan hasil perikanan milik perusahaan PT ASI Pudjiastuti.
Pendiri Susi Air, Susi Pudjiastuti mengaku sudah menikah tiga kali. Dari suaminya yang terakhir, Christian von Strombeck dia mendapat inspirasi untuk memulai bisnis penerbangan. Christian adalah ekspatriat yang sempat bekerja di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) yang sekarang berubah nama menjadi PT DI. Awal perkenalan Susi dengan lelaki itu terjadi ketika Christian sering berkunjung ke Restoran Hilmans kepunyaan Susi di daerah Pantai Pangandaran. Lalu, pada akhirnya Christian melamar Susi.
Bersama Christian, Susi bercita-cita membeli sebuah pesawat yang mulanya dimaksudkan untuk mengangkut hasil perikanan ke Jakarta. Butuh waktu 9 jam untuk mengangkut ikan lewat jalur darat. Waktu yang cukup lama itu membuat kesegarannya turun dan banyak yang mati.
Pada tahun 2004 Bank Mandiri memberi pinjaman USD 4,7 juta (sekitar Rp 47 miliar) kepada Susi untuk membuat landasan. Pada tahun itu juga terjadi gempa di pesisir barat Sumatra. Awalnya, Susi hanya berniat membantu distribusi bahan kebutuhan pokok secara gratis selama dua minggu. Saat ingin kembali, banyak lembaga non-pemerintah yang memintanya berpartisipasi dalam perbaikan di Aceh.
Dua pesawat Cessna Grand Caravan pertama Susi Air yang baru dibeli langsung dipesan untuk membantu mengirim peralatan dan obat bagi tim SAR. Grand Caravan ketiga bergabung dengan armada Susi Air pada tahun 2005. Hal itu membuat Susi Air dapat memulai penerbangan berjadwal dari Kota Medan. Setelah itu Susi Air memesan beberapa Grand Caravan , Pilatus Turbo Porter, Diamond Twin Star, dan Diamond Diamond Star untuk melengkapi armada Susi Air. Di tahun 2009, Susi Air kembali memesan 30 pesawat Grand Caravan di Paris Air Show.
Kegiatan amal nama bisnis Susi Pudjiastuti semakin dikenal. Banyak permintaan untuk menyewa pesawat. Disinilah Susi Air memulai jasa penerbangan. Utang dari Bank Mandiri sebesar Rp 47 miliar kini tinggal 20 persen.
Susi tidak cuma punya usaha di bisnis penerbangan atau perikanan. Sekarang, ia telah memulai bisnis perkebunan. Walau demikian, ia mengaku masih ada banyak rintangan yang harus dilalui.
Susi selalu mengutamakan para pembeli ikan, karena mereka sensitif dengan kesegarannya. Sekali angkut, dia bisa memasukkan 1,1 ton ikan atau lobster segar dalam satu pesawat . Pembelinya dari negara Hongkong dan Jepang setiap hari selalu menunggu di Jakarta. Bisnis ikan serta lobster tetap berlangsung sejalan dengan bisnis penerbangan yang akan terus berkembang. Tahun depan diproyeksikan Susi Air akan memiliki 60 pesawat.